Jakarta – Pemerintah Republik Indonesia, melalui Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek), menyatakan kesiapannya untuk menjalin kolaborasi di bidang pendidikan tinggi, sains, dan teknologi dengan Prancis.
Pernyataan ini muncul dalam pertemuan antara Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek), Brian Yuliarto, dengan Centre National de la Recherche Scientifique (CNRS), lembaga penelitian ilmiah nasional Prancis, serta Campus France, lembaga pemerintah Prancis yang bertugas mempromosikan pendidikan tinggi, mobilitas internasional, dan penerimaan mahasiswa asing di Jakarta pada cvtogel hari Rabu (28/5).
“Saya sangat senang dapat berdiskusi secara langsung. Kolaborasi semacam ini perlu terus diperluas, termasuk dalam bentuk penelitian bersama, gelar bersama, serta mengirim mahasiswa pascasarjana kami untuk belajar di Prancis,” ungkapnya dalam keterangan di Jakarta, Kamis.
Menteri Brian mengungkapkan apresiasinya terhadap keinginan Pemerintah Prancis untuk bekerja sama dalam memperkuat kolaborasi bilateral.
Ia menekankan pentingnya penguatan kerja sama penelitian melalui program-program prioritas nasional seperti ketahanan pangan, energi berkelanjutan, air bersih, industri hilirisasi, teknologi pertahanan, Kecerdasan Buatan (AI), dan semikonduktor.
“Melalui program ini, kami ingin mendorong partisipasi perguruan tinggi untuk meningkatkan kualitas dan kapasitas penelitian di Indonesia,” ujarnya.
Menteri Brian berharap program penelitian seperti Partenariat Hubert Curien (PHC) Nusantara dapat ditingkatkan lagi dengan melibatkan industri serta lebih banyak perguruan tinggi.
Ia juga menyatakan bahwa Indonesia memiliki lebih dari 200. 000 dosen yang berpotensi mengikuti program doktor, sehingga skema gelar bersama atau ganda menjadi solusi yang lebih berkelanjutan dan ekonomis.
Sementara itu, Direktur Utama CNRS, Antoine Petit, menyambut baik kesempatan untuk kerjasama lebih lanjut, seraya mencatat bahwa saat ini terdapat hanya lima mahasiswa postdoctoral Indonesia yang sedang menempuh studi di bawah jaringan CNRS, jumlah yang jauh lebih sedikit dibandingkan negara tetangga seperti Vietnam.
Menurutnya, hal ini menunjukkan potensi besar yang belum dimanfaatkan.
“Kami mempekerjakan 50. 000 orang, termasuk 30. 000 ilmuwan, dengan mencakup seluruh bidang ilmu. Kami telah menandatangani MoU dengan BRIN dan akan mengadakan workshop bertema One Health pada musim gugur ini. Kami juga ingin membangun sekolah tematik dan mendorong interaksi para peneliti muda dari kedua negara,” jelas Antoine.
Sementara itu, Direktur Jenderal Campus France, Donatienne Hissard, menyampaikan bahwa saat ini terdapat hingga 1. 000 mahasiswa Indonesia yang belajar di Prancis, angka yang menurutnya belum mencerminkan besarnya negara Indonesia serta jumlah mahasiswa internasional yang saat ini belajar di Prancis.
Ia menekankan bahwa banyak program studi di Prancis telah menggunakan bahasa Inggris sebagai medium pengantar, termasuk dalam penelitian dan pertahanan disertasi.
“Kami siap membantu merancang program-program khusus bersama LPDP yang sesuai dengan kebutuhan prioritas Indonesia. Banyak program kami terintegrasi dengan dunia kerja melalui magang dan proyek nyata. Harapannya, para alumni Indonesia di Prancis bisa kembali dengan kompetensi tinggi dan siap membangun bangsa,” ungkap Donatienne.