CBRE Tak Lolos Semua Kriteria Valuasi dan Kualitas Investasi

Jakarta, Oktober 2025 (cvtogel login) — Saham PT Cakra Buana Resources Energi Tbk (CBRE) kembali menjadi sorotan pasar modal. Meski harga sahamnya sempat melonjak lebih dari 140 % dalam beberapa bulan terakhir, sejumlah indikator fundamental menunjukkan kondisi keuangan yang belum sehat. Berdasarkan analisis berbagai rasio valuasi dan kualitas investasi, CBRE disebut tidak lolos hampir semua kriteria utama penilaian kelayakan investasi.

Leverage Tinggi dan Struktur Keuangan Rawan

Data keuangan menunjukkan rasio utang terhadap ekuitas (Debt to Equity Ratio/DER) CBRE mencapai sekitar 190 %, menandakan ketergantungan besar pada pendanaan utang. Kewajiban jangka panjang perusahaan tercatat sekitar Rp108,6 miliar, sementara ekuitas hanya Rp118,4 miliar. Dengan beban bunga tahunan yang diperkirakan mendekati Rp13 miliar, laba bersih semesteran yang baru mencapai sekitar Rp0,9 miliar dianggap belum cukup untuk menutup biaya keuangan.

Kondisi ini diperburuk oleh aset lancar yang jauh lebih kecil dibanding kewajiban lancar — masing-masing sekitar Rp44 miliar dan Rp101 miliar — sehingga menghasilkan net current asset value negatif sekitar Rp57 miliar. Rasio interest coverage CBRE juga di bawah satu kali, menandakan laba usaha belum mampu menutup beban bunga secara penuh.

Tidak Lolos Kriteria Valuasi dan Kualitas Investasi

Dari sisi analisis kinerja, CBRE dinilai gagal memenuhi sebagian besar kriteria fundamental dari sejumlah teori investasi klasik seperti Piotroski F-Score, Greenblatt Magic Formula, maupun pendekatan Buffett-Lynch.

  • Piotroski F-Score: hanya lolos sebagian kecil dari sembilan indikator profitabilitas, efisiensi, dan leverage.

  • Earnings Yield dan Return on Capital: sangat rendah karena laba bersih kecil dibanding total aset.

  • Rasio valuasi ekstrem: Price to Earnings (P/E) ratio disebut mencapai lebih dari 70.000 kali, sementara Price to Sales (P/S) lebih dari 1.400 kali, jauh di atas ambang normal pasar.

Pertumbuhan Laba Tak Sejalan dengan Kenaikan Harga Saham

Kinerja keuangan CBRE justru menunjukkan penurunan laba bersih — dari sekitar Rp1,94 miliar menjadi Rp1,33 miliar — di tengah lonjakan harga saham yang tajam. Analis menilai kondisi ini menunjukkan adanya ketidakseimbangan antara fundamental perusahaan dan optimisme pasar.

Risiko Ekspansi dan Rencana Akuisisi Besar

Selain itu, CBRE dikabarkan tengah merencanakan akuisisi kapal senilai USD 100 juta (setara Rp1,55 triliun), nilai yang jauh melebihi total ekuitas perusahaan saat ini. Rencana tersebut dinilai sangat berisiko apabila dibiayai dengan utang besar, karena dapat memperburuk rasio leverage dan menekan arus kas di masa mendatang.

Pandangan Analis: Saham Berisiko Tinggi

Dengan kombinasi utang tinggi, arus kas terbatas, valuasi ekstrem, dan potensi ekspansi agresif, para analis menilai CBRE berada dalam kategori saham berisiko tinggi. Meskipun peluang pertumbuhan tetap ada jika ekspansi berhasil dan laba meningkat signifikan, fundamental perusahaan saat ini belum mendukung kenaikan harga saham yang terlalu tinggi.

Investor disarankan berhati-hati dan menunggu kejelasan langkah restrukturisasi keuangan atau peningkatan kinerja operasional sebelum menjadikan CBRE sebagai pilihan investasi jangka panjang.

Related Post